assalamualaikum abak ,,,, lai sehat kah abak ?
abak alah makan alun ?
apo nan abak pikia an ?
hari ko hati abak baa ?
maaf bak, seharusnyo denai tanyoan iko langsung ka abak, maaf bana abak,,, anak gadih abak ko maraso cangguang mananyoan itu ka abak. maaf abak, denai ndak nyato mambari parhatian ka abak, indak taka ka amak nan lamak se denai mangatoannyo,
abak,,, maafkan nak gadih bak ko nan alah mangagiah baban sangaik barek dipundak abak, nan harus engkau agiah tangguang jawab atas sagalo peruatan nan denai buek, kelak dihadapan -Nya ..
usia mu kini makin hari makin bakurang, denai ndak tau sampai bilo abak bisa mandampingi kami didunia nan ko,, anak gadih abak ko janji akan mangurangi baban dipundak abak, Do'a kan denai tetap istiqomah dijalan ALLAH SWT yo bak,, Do'a kan cito-cito denai ko terkabul bak, cito-cito nan sederhana nan mampu menegakkan ilmu agama diatas dunia, namun paobilo denai indak mampu, mungkin akan ku tegakkan diatas tanah air, jiko indak mampu juo, mako izinkan denai managak an ilmu agamo didalam atok rumah keluarga kito, Abak,,,
indak mudah Abak,, sangaik sulik, banyak bana rintangan, kadang denai tauncang, kadang ingin baranti sajo, ingin manyudahi perjuangan iko,,, tapi katiko mancaliak abak manangguang baban itu surang diri, itu labiah sulik untuk memaaafkan diri ko abak,, memang ilmu denai alun sabarapo, ilmu nan masih taka anak TK ko,, nan masih marosok dari awal, jo raso kuek bajuang ingin bana mambawo Abak ka Syurga-Nya, indak nio denai baok abak ka Narako-Nya ..
Abak adalah penyemangat dihiduik denai ko untuk tetap bertahan,,,
sehat terus Abak,,, tetaplah jadi Abak nan terhebat untuak denai, amak dan adiak-adiak,,,,
ultari yasman
let it go
Kamis, 08 Februari 2018
Kamis, 31 Juli 2014
Proposal novel "cinta didalam gelas " ANDRE HIRATA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Manusia
merupakan zoon politicon (makhluk sosial) sehingga setiap manusia/individu
saling membutuhkan satu sama lain. Maka dari itu kehidupan sosial tidak akan
lepas dari diri setiap individu tanpa memandang status,pangkat maupun gelar
semua memiliki hak yang sama dalam sosial . Dilihat dari sisi kehidupan
dinegara kita yaitu indonesia yang memiliki berbagai adat istiadat sehingga
dari hal itulah muncul suatu aturan atau fenomena dalam kehidupan individu
maupun kelompok. Dalam hal ini ada pihak yang diuntungkan dan juga pihak yang
dirugikan. Ketika individu atau kelompok berada dalam pihak yang dirugikan
tentu kita akan mencari titik terang agar aturan yang telah ada mampu dirubah
atau boleh dilanggar. Setiap suku / adat istiadat memiliki aturan masing-masing, baik itu adat minang, melayu, jawa, madura,
batak, nias, betawi dan sebagainya.
Bagi individu yang
hidup pada masa sekarang, ketika suku / adat istiadat sukar untuk maju dan
lebih mengedepankan kepentingan independent norma-norma adat istiadat sepeti
kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan baik dari segi
pendidikan,ekonomi, maupun budaya. Dengan kata lain individu/ kelompok ini
lebih menjunjung tinggi adat istiadatnya dan tak ingin adanya perubahan. Dewasa ini dunia kehidupan masyarakat modern
sudah mulai mengkesampingkan norma-norma atau aturan-aturan adat istiadatnya.
Hal ini menjadi
salah satu permasalahan yang harus dibahas dan dicari solusinya agar tidak
menimbulkan perselisihan dikemudian hari bahkan pada generasi penerus kita.
Sebagaimana yang kita ketahui masih adanya
kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam suatu suku/adat
istiadat/kaum yang mana laki-laki lebih dielu-elukan atau dijunjung tinggi
serta diletakkan pada posisi yang lebih tinggi dari perempuan. Hal ini bisa
dikatakan bahwa perempuan ibarat seseorang yang harus patuh dan tunduk terhadap
majikannya (laki-laki). Keadaan seperti itulah yang menjadi suatu permasalahan
dalam masa modern saat ini sebab di era kehidupan kita sekarang perempuan dan
laki-laki memiliki kedudukan dan hak yang sama ditengah-tengah masyarakat.
Dengan kata lain adanya emansipasi perempuan.
Namun itu lah fenomena kebudayaan yang kita temukan
saat ini. Bicara mengenai kebudayaan dapat kita pahami bahwa kebudayaan
merupakan suatu folkways atau habit dalam suatu masyarakat. Tak jarang
permasalahan yang menyangkut suatu kebudayaan lebih sering dipaparkan secara
gamblang yang dituangkan dalam suatu novel.
Novel merupakan salah satu media baik itu dari segi
entertaint,education or knowledge. Bagi yang memiliki hobi membaca novel, ia
akan menemukan fenomena baru dalam suatu novel yang dibacanya meskipun kita
semua tau hampir rata-rata novel bersifat fiksi.
Novel
merupakan salah satu karya sastra yang selalu mendapat tempat di hati
masyarakat. Berbagai kehidupan sosial, moral, psikologi dan etika selalu
dituangkan pengarang ke dalam karyanya dalam bentuk novel. Hal ini dilakukan
karena novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media
yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas
pula. Nurgiyantoro (1994:31-32)
menyatakan bahwa novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik
dan mengungkapkan sesuatu (lebih bersifat) abstrak.
Salah satu
hal abstrak yang sering dituangkan pengarang ke dalam karyanya adalah kisah
tentang perempuan. Karangan yang bertema perempuan ini adalah kisah yang
memberikan sumbangsih pemikiran terhadap kaum perempuan.
Novel
adalah bentuk cerita yang banyak digemari masyarakat penikmat karya sastra,
sebab novel lebih mudah untuk dipahami daripada puisi. Sebagai suatu karya,
novel dibangun oleh sejumlah unsur dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
perilaku. Novel itu sendiri merupakan
sebuah struktur organisme yang kompleks, unik dan mengungkapkan Sesuatu (lebih
bersifat) secara tidak langsung (Nurgiyantoro, 1994:32).
Karya sastra (novel) merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan
serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur
pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu. Untuk mengetahui makna-makna
atau pikiran tersebut, karya sastra (novel) harus dianalisis (Sugihastuti,
2002:43).
Novel menghadirkan suatu gambaran atau tiruan (mimetic) dari kehidupan
sebagai bentuk refleksi keadaan sosial masyarakat. Pengarang memposisikan diri
sebagai pentrasnfer setiap bentuk fenomena yang ada dan terjadi di dalam
masyarakat. Pengarang mengambil berbagai permasalahan sebagai tema cerita dari
ketimpangan sosial, adat-istiadat, religi, budaya hingga pandangan masyarakat
terhadap perempuan.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan adanya suatu peristiwa
atau keadaan yang mana semuanya tidak terlepas dari lak-laki dan perempuan.
Dari berbagai kenyataan, kehidupan perempuan pada umumnya dianggap lemah oleh
kaum laki-laki. Misalnya pada anak perempuan dianggap tidak perlu
sekolah kalau ekonomi keluarga tidak mengizinkan karena ia mempunyai tugas di
wilayah domestik (di rumah, di dapur) dan kondisi pendidikan perempuan yang
lebih rendah telah berpengaruh pada perempuan sebagai pelaku ekonomi yang
mengalami keterbatasan dan marjinalisasi karena keterbatasan untuk bersaing
secara ekonomis dengan laki-laki pada umumnya (Ihromi, 2000:6).
Semua laki-laki selalu membutuhkan figur seorang perempuan. Namun, tidak
semua perempuan dianggap lemah dimata kaum laki-laki, karena
pada hakikatnya apa yang ada tidak terlepas dari sebuah kekurangan dan
kelebihan masing-masing yang perlu adanya perbaikan diri.
Sesuai dengan penjelasan dan uraian tersebut apa yang menjadi permasalahan
dalam lingkungan sosial tidak jauh berbeda dengan isi cerita yang terkandung
pada novel, karena apa yang terdapat pada sebuah novel merupakan sebuah
cerminan dan imajinatif dari pengarang untuk menggambarkan peristiwa yang
sebenarnya terjadi di lingkungan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian terhadap sebuah novel yang berjudul Cinta di
Dalam Gelas karya Andrea Hirata, sebuah novel yang menceritakan tentang perjuangan seorang
perempuan yang telah tertindas oleh kaum laki-laki (suaminya), yang
direpresentasikan oleh pengarang pada sosok Enong atau Maryamah dan permainan
catur. Novel ini merupakan novel keenam setelah novel kedua dari dwilogi Padang Bulan. Tetapi pada dasarnya
dengan pemunculan novel yang
berjudul Cinta di Dalam Gelas telah
mengundang banyak persoalan khususnya pada pembaca, tentang usaha Maryamah jelas sebuah bentuk sikap
yang sangat menarik.
Pengarang berhasil menyajikan bacaan
dengan alur yang memikat. Ia juga pandai mengemas novel ini dengan bahasa yang
indah. Yaitu sebuah rajutan cinta, martabat dan harga diri yang saling
berkelindan antara gelas kopi di warung-warung kopi. Permainan catur yang bukan
hanya sekedar bidak-bidak kayu yang dipindahkan tetapi di dalamnya kaya
filosofi dan strategi dalam menaklukkan dan mempertahankan kekuasaaan. Sebuah
refleksi kehidupan untuk mempertahankan martabat dan harga diri. Bagaimana kopi
dan warung kopi telah menjadi tempat bagi masyarakat Belitung untuk menikmati
kehidupan mereka, juga untuk bersosialisasi dengan orang lain. Bahkan dari cara
menyeduh dan memegang gelas kopi secara jenaka, Andrea mampu mengidentifikasi
status sosial dan pekerjaannya. Lewat minum di warung kopi berbagai persoalan
hidup baik, soal remeh keluarga sampai persoalan negara menemukan solusinya.
Lewat warung kopi seorang warga negara leluasa untuk mengkritik kepala
pemerintahan sampai presiden. Sebab, dalam segelas kopi pula mereka yang tengah
merencanakan strategi dan melakukan
persekongkolan mematangkan rencananya pengarang.
Novel Cinta di
Dalam Gelas adalah karya Andrea Hirata
adalah nama lain dari Aqil Barraq
Badruddin, lahir di Belitung 24 Oktober 1982. Andrea berpendidikan
ekonomi di Universitas
Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi
master of science di Universite
de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi
telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia
lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh
orang Indonesia.
Karya-karya dari Andrea
Hirata, antara lain tetralogi novel, yang meliputi : Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edenson, Maryamah Karpov. Selain
Tetralogi Laskar Pelangi. Andrea juga
menghasilkan karya lain, yaitu Padang
Bulan dan Cinta
di Dalam Gelas yang terbit
tahun 2010.
Dengan demikian, ada dua alasan
peneliti mengkaji novel Cinta di Dalam
Gelas karya Andrea tentang diskriminasi gender antara lain:
1.
Masalah dimensi gender dalam karya sastra pada umumnya
dan dalam novel Cinta di Dalam Gelas pada
khususnya merupakan fenomena menarik dalam memberikan deskripsi dalam wacana
diskriminasi gender dan sastra.
2.
novel Cinta di Dalam Gelas, layak dikaji dari aspek melawan diskriminasi gender karena isi novelnya lebih dominan
tentang perjalanan seorang perempuan yang berusaha memperjuangkan harga dirinya dari
penindasan kaum laki-laki.
Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian pada novel Cinta di Dalam Gelas, dengan judul “perlawanan terhadap Diskriminasi Gender oleh seorang Perempuan Dalam Novel Cinta di Dalam Gelas
Karya Andrea Hirata”.
B.
PERMASALAHAN
1. BATASAN
MASALAH
Agar penelitian
yang peneliti lakukan tidak menimbulkan ketimpangan dalam dalam hal yang akan
diteliti sehingga penelitian ini bisa terarah maka disini peneliti perlu
memberikan suatu batasan masalah dalam tulisan yang dibuat Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji dengan kajian perlawanan
diskriminasi gender oleh perempuan, yang berisi
tentang harga diri seorang perempuan akibat suatu penindasan oleh kaum laki–laki.
2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah, maka
pokok masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.
a. Bagaimanakah
bentuk diskriminasi gender dalam hal di bidang pendidikan ekonomi dan budaya
dalam novel Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata?
b. Bagaimana bentuk perlawanan diskriminasi
gender oleh perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea
Hirata?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
Dengan
demikian penelitian ini memiliki tujuan maka dapat ditarik dua hal untuk
dijadikan tujuan penelitian , yaitu:
a. Mendeskripsikan
bentuk diskriminasi gender terhadap perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.
b. Mendeskripsikan
bentuk perlawan terhadap diskriminasi gender
oleh seorang perempuan dalam novel
Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.
D. MANFAAT PENELITIAN
Secara teoritis penelitian
ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pembaca khususnya pembaca di bidang
sastra, berupa pemahaman mengenai isi yang terdapat dalam novel Cinta di Dalam Gelas dan karya sastra
yang lain, khususnya novel yang memaparkan tentang fenomena perlawanan terhadap
diskriminasi gender oleh perempuan .
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
HAKIKAT NOVEL
Kata Novel berasal dari bahasa Latin novellus yang
diturunkan pula dari kata
novies yang
berarti “Baru”. Dalam bahasa Eropa disebut roman yang berasal dari kata
romance.
Di
Inggris novel dikatakan novella yang berarti sesuatu yang baru yang
kecil,
yang menjadi cerita pendek dalam bentuk prosa. Sekarang istilah novella sering
disamakan
dengan novelette, yaitu suatu fiksi prosa yang panjangnya menengah
(Abrams
dalam Tuloli 1981:119).
Ian Watt (dalam Tuloli, 2000:17) berpendapat bahwa
novel adalah suatu
ragam
sastra yang memberikan gambaran pengalaman manusia, kebudayaan manusia,
yang
disusun berdasarkan peristiwa, tingkah laku tokoh, waktu dan plot, suasana dan
latar.
Sekarang novel dianggap sebagai suatu ragam sastra yang panjang dan
kompleks
yang unsur-unsur utamanya adalah plot, perwatakan, latar, dan sudut
pandang.
Husain (dalam
Tuloli, 2000: 17) berpendapat ada 3 ciri utama novel : (1)
susunan peristiwa dalam novel berkaitan erat satu
sama lain, (2) watak manusia
ditonjolkan
dalam tingkah laku dan perbuatannya, (3) pengalaman manusia dilihat
dari
konteks psikologi dan latarnya.
B.
EKSISTENSI PEREMPUAN
Perempuan dan laki-laki setara di hadapan Tuhan.
Berdasarkan identitas
gender,
setiap manusia, perempuan maupun laki-laki, mempunyai potensi sifat
keperempuanan
dan kelaki-lakian. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Carl
Jung
(dalam Nurhayati, 2012: 33) bahwa keberadaan perempuan yang dilihat dari
aspek
keperempuanan (feminity) dan kelaki-lakian (masculinity). Kedua
sifat tersebut
dapat
dikembangkan oleh individu dengan stimulasi tertentu.
Dengan identitas ini,tidak harus terkejut manakala
banyak perempuan yang memiliki sifat selama ini dianggap sebagai sifat
laki-laki, juga sebaliknya. Keperempuanan perempuan, atau kelaki-lakian
laki-laki berdasarkan peran gender hendaknya tidak diperdebatkan, oleh
karena
itu, polarisasi tugas dan peran yang dikotomis yang membedakan sangat ekstrim
untuk perempuan atau laki-laki, akan melahirkan penyakit psikologis bagi
keduanya.
Menurut Jung, perempuan atau laki-laki yang mengembangkan kedua sifat
tersebut
lebih sehat secara psikologis.
C.
MARGINALISASI PEREMPUAN
Kata marginal berarti berkenaan dengan batas
tepi. Marginalisasi menurut
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008:436) adalah pembatasan, usaha membatasi.
Marginalisasi
perempuan berarti pembatasan hak seorang perempuan dalam mendapatkan kehidupan
yang layak untuk dirinya sendiri dan orang lain.
D, DISKRIMINASI
Diskriminasi
adalah suatu bentuk sikap atau perilaku yang melanggar hak asasi manusia
(Ihromi, 2000:7).
Diskriminasi secara leksikal adalah perlakuan terhadap orang atau kelompok yang
didasarkan pada golongan atau kategori tertentu. Sementara itu dalam pengertian
lain diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap
individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur, atau
karakteritik yang lain. Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda. (Cak Fu, 2006:1).
Diskriminasi adalah setiap
pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung
didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia Pasal 1 ayat 3 (Eddyono, 2011:3).
Dalam hal ini, bahwa diskriminasi
merupakan suatu perilaku yang merugikan jenis kelamin yang lain (gender) yang
secara langsung atau tidak langsung mempunyai dampak bagi korban yang
mngakibatkan kerusakan atau penderitaan fisik, mental atau seksual serta
segala bentuk ancaman yang memungkinkan
mempunyai hubungan timbal balik antara pelaku dan korban diskriminasi.
Diskriminasi
terhadap perempuan adalah melanggar hak asasi perempuan, sehingga pemberdayaan
perempuan diperlukan agar perempuan dapat memperjuangkan hak –haknya yang
dilanggar (Ihromi, 2000:7).
Rekomendasi
No.19, sidang ke 11 Komite, 1992, tentang kekerasan terhadap wanita pasal 1
yang terdapat pada undang-undang menyatakan bahwa diskriminasi meliputi
kekerasan berdasarkan jenis kelamin yaitu kekerasan yang ditunjukkan kepada
wanita, karena ia adalah seorang wanita atau mempunyai pengaruh secara tidak
sepadan pada wanita (Ihromi, 2000:54).
E. Bentuk-Bentuk Diskriminasi
1. Diskriminasi Gender
Gender adalah penyifatan laki-laki dan perempuan berdasarkan
konstruksisosio-kultural. Namun, karena adanya anggapan yang salah kaprah,
gender sering dianggap sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat berubah
(Sugihastuti, 2002:33).
Diskriminasi gender
adalah perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan.
Perbedaan biologis berupa jenis kelamin merupakan kodrat Tuhan. Sedangkan
gender terbentuk karena proses sosial dan budaya. Perbedaan peran gender yang
selama ini berlangsung bukan disebabkan oleh adanya perbedaan nature antara pria dan wanita melainkan
adanya budaya atau tradisi dan sesuatu yang nature
tidak dapat berubah.
Sedangkan menurut Fakih
Mansour (1996:12) diskriminasi gender adalah sebuah ketidakadilan dengan
pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan jenis
kelamin.
2. Diskriminasi Ras dan Etnis
Setiap warga
negara berhak mendapat perlakuan sama untuk mendapatkan hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya (RUU, 2008:4).
3.
Diskriminasi Agama dan Kepercayaan
Manusia diciptakan sama dan setara.
Kodrat asasinya adalah kebebasan menentukan diri dan membuat pilihan-pilihan
sesuai dengan martabatnya. Namun kenyataannya, manusia sendiri menjatuhkan
dirinya dalam pengkotak-kotakkan ras, etnis, agama, kepercayaan, budaya, dan
aliran ideologinya akibat kerakusan dan kepongahannya (Anisa,
2008:1).
Manifestasi ketidakadilan tersebut,
juga terjadi dalam adat istiadat istiadat masyarakat di banyak kelompok etnik
dalam kultur suku-suku atau dalam tafsiran keagamaan (Fakih,
1996:23). Salah satunya yakni kebanyakan mitos yang muncul di masyarakat akan
menguntungkan kaum laki-laki meminggirkan kaum perempuan. Selain hukum hegemoni
patriaki di atas kesinambungan gender juga disebabkan karena sistem kapitalis
yang berlaku yaitu siapa yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Hal ini
mengakibatkan laki-laki dilambangkan lebih kuat daripada perempuan.
Manifestasi keadilan gender
terisolasi pada kaum laki-laki dan perempuan secara mantap, yang mengakibatkan
ketidakadilan tersebut merupakan kebiasaan yang akhirnya dipercaya bahwa peran
gender itu seolah-olah merupakan kodrat dan akhirnya diterima masyarakat secara
umum.
4.
Diskriminasi Suku Bangsa
Terjadinya
pengkotak-kotakan dalam hubungan sosial dan kuatnya penanaman rasa berbeda
diantara kita telah melahirkan batasan dalam hubungan sosial yang sehat. Kita hampir selalu menyimpan prasangka terhadap sesama saudara bangsa kita.
Padahal kita semua pada saat yang bersamaan mendambakan persaudaraan yang tulus dalam membangun Indonesia Raya.
Dari uraian bentuk-bentuk
diskriminasi tersebut, sesuai dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti
menetapkan dan menggunakan diskriminasi gender yang menjadi suatu acuan dalam
penelitian. Diskriminasi gender sendiri merupakan suatu bentuk penyimpangan
yang mengesampingkan berbagai kepentingan seperti hak-hak asasi manuasi, sosial
atau pekerjaan, seksual atau mental yang secara langsung merugikan seseorang.
Sehingga
dalam penerapannya pada sebuah novel yang menjadi objek penelitian, maka
diharapkan apa yang menjadi sebuah permasalahan sesuai dengan diskriminasi
gender yang menjadi acuan dalam penelitian bisa maksimal dalam pengkajiannya.
BAB III
PEMBAHASAN DAN METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN DAN METODE PENELITIAN
A.
PEMBAHASAN
a.
Bagaimanakah
bentuk diskriminasi gender dalam hal di bidang pendidikan ekonomi dan budaya
dalam novel Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata?
“kampung
kami adalah kampung lelaki. Tradisi
kami amat patriarkat. Tak pernah
sebelumnya ada perempuan main catur, apalagi bertanding melawan lelaki .
perempuan dalam kaitannyadengan catur, hanyamenghidangkan kopi saat suami main
catur bersama kawan-kawanny, lalu tak
bisa tidur karena mereka tertawa terbahak-bahak mengejek yang kalah .Akhirnya ,
dengan kepala pening ditengah malam,
membereskan meja yang berantakan. Begitu saja. Perempuan tak berurusan dengan
sekak stir. Tahu-tahu maryamah muncul
ingin menantang pria-pria itu.
Tak perlu jauh-jauh aku melihat penentangan
masyarakat akan rencana Maryamah, melihat sikap pamanku sendiri, aku berkecil
hati.”(CINTA DI DALAM GELAS : 84-85)
dari petikan isi novel tersebut jelas
tergambar bentuk diskriminasi terhadap gender dimana perempuan berada pada
level bawah dari laki-laki. Bahkan ketika ada seorang perempuan mencoba untuk
melakukan pergerakan serta mengerjakan
hal-hal yang biasanya dilakukan oleh laki-laki bahkan belum pernah satu
perempuan pun yang pernah melakukannya seperti bermain catur, hal ini menimbulkan
kontroversi bagi kaum adam di daerah tersebut.
Selain itu dapat juga kita lihat pada
petikan isi novel cinta di dalam gelas yang
pemaparannya seperti diskriminasi
gender. Yaitu :
“lihatlah
perbuatan kalian! Tak pernah perempuan dikampung ini berani macam-macam
sebelumnya.kalian telah menghasut mereka!”(CINTA DI DALAM
GELAS:103)
Sehingga tampak jelas orang-orang atau masyarakat (laki-laki)
memberikan penolakan keras terhadap keinginan Maryamah. Mereka berfikir mana
mungkin seorang perempuan mampu berfikir dan berkeinginan untuk bermain catur
jika tidak karena ada hasutan dari orang-orang sekitarnya. Tapi kenyataannya
yang terjadi pemikiran dan ide tersebut benar-benar berasal dari dirinya
sendiri tanpa ada yang mempengaruhi. Hal itu terjadi karena seorang Maryamah
bukanlah seorang wanita yang hidup selayaknya wanita tapi dia memiliki
rintangan dan kekbalan terhadap apapun yang menjadi keputusannya bahkan
permasalahan hidup yang ia terima sejak umur 14 tahun.
Maka dapat dikatakan bahwa orang-orang
tersebut salah jika memandang maryamah
sebelah mata . harus ditinjau dulu sosok kepribadiannya.
b.
Bagaimana
bentuk perlawanan diskriminasi gender
oleh perempuan dalam novel Cinta
di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata?
Ketika seorang perempuan hidup dalam masyarakat yang
mengedepankan tentang gender yang mana laki-laki lebih daripada perempuan. Hal
ini akan menimbulkan suatu permasalahan dalam kehidupan seorang perempuan
sehingga muncullah pergolakkan untuk melawan masalah diskriminasi ini. Hal ini
dapat dilihat pada petikan isi novel
yaitu :
“kalau
aku susah ,” katanya dengan sorot mata yang lucu , “cukuplah kutangisi semalam.
Semalam suntuk. Esoknya, aku tak mau lagi menangis. Aku bangun dan tegak
kembali!”(CINTA DI DALAM GELAS :45)
Makna yang dapat diambil yaitu : ketika
ada masalah cukup dengan sedikit waktu untuk mentangisi semua itu selanjutkan
hadapi masalah dan dan temukan penyelesaiannya. Jangan jadi pribadi yang
pengecut.
“Maryamah
menunjukkan wajah serius. Aku tahu, pendirian perempuan itu sangat teguh. Ia
takkan mundur begitu saja .”(CINTA DI DALAM GELAS : 47)
Pada penggalan tersebut jelas
menampakkan karakter seorang perempuan yang teguh pada pendirian. Ia ingin
melawan yang namanya diskriminas gender agar kesetaraan itu ada sehingga
perempua tidak diremehkan lagi namun perempuan tidak lupa dengan kodratnya
sebagai seorang perempuan.
“ aku mau belajar main
catur. Aku mau bertanding 17 agustus nanti. Aku mau menantang matarom.”
“ya, aku mau melawan
mereka .” katanya lagi sambil menunjuk pria-pria yang terbahak-bahak
mengelilingi papan catur it. Ia mengucapkannya dengan ringan, seolah mengatakan
ingin memompa ban sepedanya yang kempes, sementara kami macam disambar petir.”
“pasti bisa, menambang
timah saja dia bisa,”selamot membela maryamah.
(CINTA
DI DALAM GELAS : 46-47)
Penggalan di atas bermakna apa
pun akan dilakukan Maryamah untuk mengalahkan Matarom yang pernah menjadi
suaminya. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas rasa sakit hati dan penderitaan
yang amat perih atas kelakuan Matarom.
“kami tak pernah
menghasut siapapun. Itu kemauan mereka sendiri! Mengapa perempuan tak boleh
ikut bertanding ? mana ada
undang-undangnya bisa begitu. Jangankan catur, di Jakarta sekarang ada perempuan yang mau jadi
presiden!”(CINTA DI DALAM GELAS : 103)
Potongan
kalimat tersebut dapat di pahami bahwa saat ini perempuan sudah hampir sama
kedudukannya dalam masyarakat tapi kampung ini masih saja menilai bahwa norma-norma
adat harus lebih menjadi idenpendent
dalam kehidupan. Karena itulah timbul suatu perlawanan
B.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian adalah bagaimana cara atau
strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah dalam penelitian, Adi
(2011:224). Adapun metode yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan metode
deskriptif. Dengan metode ini, Peneliti akan mendeskripsikan data untuk
menemukan unsur-unsurnya, mengidentifikasi karakteristik khusus dalam sebuah
teks, khususnya novel.
Studi untuk
menyusun penelitian ini berupa pencarian referensi dari beberapa buku yang
dapat dijadikan acuan untuk menggali
informasi yang aktual dan tetap berpegang pada prinsip representatif. Selain
berbagai buku –buku yang berkaitan dengan judul penelitian, peneliti juga
menggunakan media maya (internet) untuk mencari data yang relevan dengan judul penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data diawali dari membaca
novel Cinta di dalam Gelas secara
berulang-berulang dengan tujuan memperoleh gambaran jelas tentang isi novel
tersebut, mengidentifikasi isi novel yang terdapat dalam novel Cinta di
dalam Gelas yang dibaca, membaca kutipan yang menggambarkan atau mengandung
perlawanan terhadap diskriminasi gender
yang terdapat dalam novel yang telah ditelaah berdasarkan pendekatan
feminis, serta menyimpulkan data yang diidentifikasi dan menjelaskan data
tersebut pada tahap selanjutnya.
Setelah data terkumpul,selanjutnya data tersebut
dianalisis dengan pendekatan feminis. Adapun teknik analisis data yang
dilakukan dengan mengklasifikasi bentuk perlawanan terhadap diskriminasi
gender dalam hal persamaan hak antara
laki-laki dan perempuan di bidang pendidikan, ekonomi, dan budaya serta bentuk
diskriminasi gender dalam novel Cinta
di dalam Gelas karya Andrea Hirata
C.
INSTRUMENT
PENELITIAN
Instrumen penelitian yaitu alat
bantu yang digunakan ketika penelitian dengan menggunakan suatu metode.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa instrumen utama dan
instrumen pendukung.
1. Instrumen Utama
Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri
selaku instrumen utama. Dalam hal ini peneliti sebagai pembaca aktif dan
mendata kata-kata, atau kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Cinta di Dalam Gelas.
2. Instrumen Pendukung
Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata merupakan instrument pendukung dalam penelitian. Dari Novel Cinta di Dalam Gelas peneliti menganalisis, mendefinisikan serta menguraikan isi novel sesuai
dengan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti menggunakan tabel pengelompokan
kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan data Penghapusan Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan dalam Novel Cinta
di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perempuan adalah permata
kehidupan. Dalam setiap lekuk hidupnya, Tuhan menganugerahkan permata yang
indah dan menawan. Jiwa perempuan menjadi cawan autobiografi kehidupan
anak-anaknya. Inilah yang akan menjadi suatu kebanggaan bagi perempuan. Dalam
diri perempuan terdapat berbagai potensi yang patut untuk digali dan
diberdayakan bukan dibiarkan begitu saja bahkan menganggapnya seperti tidak
penting. Potensi dalam diri perempuan akan merubah
peradaban manusia.
Bentuk
diskriminasi yang terjadi justru menjadi seorang wanita di pulau kecil
bergejolak untuk melawan diskriminasi sehingga tercipta suatu kesetaraan
gender. Karena perempuan dan laki-laki bagaikan satu paket yang saling
melengkapi dan saling membutuhkan. Tak ada istilah strata atau tingkatan sosial
antara laki-laki dan perempuan. Semua sama. Seorang Maryamah binti Zamzami yang
telah banyak memakan asam garam kehidupan mampu membuktikan bahwa perempuan
juga memiliki potensi yang sama terhadap hal yang mereka katakan pekerjaan atau
kegiatan yang hanya dikerjakan oleh
laki-laki.
seorang maryamah berjuang keras untuk hal tersebut tanpa menghiraukan cemoohan atau pun kelicikan dari orang-orang yang tak suka akan dirinya untuk berdikari. Disini ia tak bekerja sendiri , masih ada beberapa temannya yang menjadi pahlawannya dalam menghadapi kesulitan tersebut ketika melawan diskriminasi gender.
seorang maryamah berjuang keras untuk hal tersebut tanpa menghiraukan cemoohan atau pun kelicikan dari orang-orang yang tak suka akan dirinya untuk berdikari. Disini ia tak bekerja sendiri , masih ada beberapa temannya yang menjadi pahlawannya dalam menghadapi kesulitan tersebut ketika melawan diskriminasi gender.
B. SARAN
Dalam
penulisan atau pemaparan mengenai masalah diskriminasi gender dan bentuk
perlawanan seorang perempuan terhadap hal tersebut. Peneliti masih banyak
kekurangannya sehingga dibutuh saran yang membangun untuk kemantapan dari
tulisan yang peneliti buat kepada para pembaca yang menyediakan waktunya untuk menelaah
tulisan peneliti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea. 2011. Cinta di Dalam
Gelas. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Cak Fu. 2006. Berbagai Gagasan Untuk Membangun Kesetaraan.
(Online). http://cakfu.info/2006/09/diskriminasi-perasaan-atau-realitas/
Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ihromi, Tapi Omas Dkk. 2000. Penghapusan
Diskriminasi Terhadap Perempuan. Bandung
: PT Alumni
Sugihastuti. 2002. Teori dan
Apresiasi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sugihastuti. 2002. Krtitik Sastra
Feminis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
RUU. 2008. Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnik. (Online).http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20393/dpr-setujui-ruu-penghapusan-diskriminasi-ras-dan-etni.
Langganan:
Postingan (Atom)