Kamis, 31 Juli 2014

Proposal novel "cinta didalam gelas " ANDRE HIRATA

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Manusia merupakan zoon politicon (makhluk sosial) sehingga setiap manusia/individu saling membutuhkan satu sama lain. Maka dari itu kehidupan sosial tidak akan lepas dari diri setiap individu tanpa memandang status,pangkat maupun gelar semua memiliki hak yang sama dalam sosial . Dilihat dari sisi kehidupan dinegara kita yaitu indonesia yang memiliki berbagai adat istiadat sehingga dari hal itulah muncul suatu aturan atau fenomena dalam kehidupan individu maupun kelompok. Dalam hal ini ada pihak yang diuntungkan dan juga pihak yang dirugikan. Ketika individu atau kelompok berada dalam pihak yang dirugikan tentu kita akan mencari titik terang agar aturan yang telah ada mampu dirubah atau boleh dilanggar. Setiap suku / adat istiadat memiliki aturan masing-masing,  baik itu adat minang, melayu, jawa, madura, batak, nias, betawi dan sebagainya.
Bagi individu yang hidup pada masa sekarang, ketika suku / adat istiadat sukar untuk maju dan lebih mengedepankan kepentingan independent norma-norma adat istiadat sepeti kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan baik dari segi pendidikan,ekonomi, maupun budaya. Dengan kata lain individu/ kelompok ini lebih menjunjung tinggi adat istiadatnya dan tak ingin adanya perubahan.   Dewasa ini dunia kehidupan masyarakat modern sudah mulai mengkesampingkan norma-norma atau aturan-aturan adat istiadatnya. 
Hal ini menjadi salah satu permasalahan yang harus dibahas dan dicari solusinya agar tidak menimbulkan perselisihan dikemudian hari bahkan pada generasi penerus kita. Sebagaimana yang kita ketahui masih adanya  kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam suatu suku/adat istiadat/kaum yang mana laki-laki lebih dielu-elukan atau dijunjung tinggi serta diletakkan pada posisi yang lebih tinggi dari perempuan. Hal ini bisa dikatakan bahwa perempuan ibarat seseorang yang harus patuh dan tunduk terhadap majikannya (laki-laki). Keadaan seperti itulah yang menjadi suatu permasalahan dalam masa modern saat ini sebab di era kehidupan kita sekarang perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan dan hak yang sama ditengah-tengah masyarakat. Dengan kata lain adanya emansipasi perempuan.
Namun itu lah fenomena kebudayaan yang kita temukan saat ini. Bicara mengenai kebudayaan dapat kita pahami bahwa kebudayaan merupakan suatu folkways atau habit dalam suatu masyarakat. Tak jarang permasalahan yang menyangkut suatu kebudayaan lebih sering dipaparkan secara gamblang yang dituangkan dalam suatu novel.
Novel merupakan salah satu media baik itu dari segi entertaint,education or knowledge. Bagi yang memiliki hobi membaca novel, ia akan menemukan fenomena baru dalam suatu novel yang dibacanya meskipun kita semua tau hampir rata-rata novel bersifat fiksi.
 Novel merupakan salah satu karya sastra yang selalu mendapat tempat di hati masyarakat. Berbagai kehidupan sosial, moral, psikologi dan etika selalu dituangkan pengarang ke dalam karyanya dalam bentuk novel. Hal ini dilakukan karena novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas pula. Nurgiyantoro (1994:31-32) menyatakan bahwa novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik dan mengungkapkan sesuatu (lebih bersifat) abstrak.
 Salah satu hal abstrak yang sering dituangkan pengarang ke dalam karyanya adalah kisah tentang perempuan. Karangan yang bertema perempuan ini adalah kisah yang memberikan sumbangsih pemikiran terhadap kaum perempuan.

            Novel adalah bentuk cerita yang banyak digemari masyarakat penikmat karya sastra, sebab novel lebih mudah untuk dipahami daripada puisi. Sebagai suatu karya, novel dibangun oleh sejumlah unsur dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku. Novel itu sendiri merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik dan mengungkapkan Sesuatu (lebih bersifat) secara tidak langsung (Nurgiyantoro, 1994:32).
            Karya sastra (novel) merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak sekedar merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu. Untuk mengetahui makna-makna atau pikiran tersebut, karya sastra (novel) harus dianalisis (Sugihastuti, 2002:43).
            Novel menghadirkan suatu gambaran atau tiruan (mimetic) dari kehidupan sebagai bentuk refleksi keadaan sosial masyarakat. Pengarang memposisikan diri sebagai pentrasnfer setiap bentuk fenomena yang ada dan terjadi di dalam masyarakat. Pengarang mengambil berbagai permasalahan sebagai tema cerita dari ketimpangan sosial, adat-istiadat, religi, budaya hingga pandangan masyarakat terhadap perempuan.
Dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dengan adanya suatu peristiwa atau keadaan yang mana semuanya tidak terlepas dari lak-laki dan perempuan. Dari berbagai kenyataan, kehidupan perempuan pada umumnya dianggap lemah oleh kaum laki-laki. Misalnya pada anak perempuan dianggap tidak perlu sekolah kalau ekonomi keluarga tidak mengizinkan karena ia mempunyai tugas di wilayah domestik (di rumah, di dapur) dan kondisi pendidikan perempuan yang lebih rendah telah berpengaruh pada perempuan sebagai pelaku ekonomi yang mengalami keterbatasan dan marjinalisasi karena keterbatasan untuk bersaing secara ekonomis dengan laki-laki pada umumnya (Ihromi, 2000:6).
            Semua laki-laki selalu membutuhkan figur seorang perempuan. Namun, tidak semua perempuan dianggap lemah dimata kaum laki-laki, karena pada hakikatnya apa yang ada tidak terlepas dari sebuah kekurangan dan kelebihan masing-masing yang perlu adanya perbaikan diri.
            Sesuai dengan penjelasan dan uraian tersebut apa yang menjadi permasalahan dalam lingkungan sosial tidak jauh berbeda dengan isi cerita yang terkandung pada novel, karena apa yang terdapat pada sebuah novel merupakan sebuah cerminan dan imajinatif dari pengarang untuk menggambarkan peristiwa yang sebenarnya terjadi di lingkungan masyarakat.
            Penelitian yang dilakukan adalah penelitian terhadap sebuah novel yang berjudul Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata, sebuah novel yang  menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan yang telah tertindas oleh kaum laki-laki (suaminya), yang direpresentasikan oleh pengarang pada sosok Enong atau Maryamah dan permainan catur.  Novel ini merupakan novel keenam setelah novel kedua dari dwilogi Padang Bulan. Tetapi pada dasarnya dengan pemunculan novel yang berjudul Cinta di Dalam Gelas telah mengundang banyak persoalan khususnya pada pembaca, tentang usaha Maryamah jelas sebuah bentuk sikap yang sangat menarik.
            Pengarang berhasil menyajikan bacaan dengan alur yang memikat. Ia juga pandai mengemas novel ini dengan bahasa yang indah. Yaitu sebuah rajutan cinta, martabat dan harga diri yang saling berkelindan antara gelas kopi di warung-warung kopi. Permainan catur yang bukan hanya sekedar bidak-bidak kayu yang dipindahkan tetapi di dalamnya kaya filosofi dan strategi dalam menaklukkan dan mempertahankan kekuasaaan. Sebuah refleksi kehidupan untuk mempertahankan martabat dan harga diri. Bagaimana kopi dan warung kopi telah menjadi tempat bagi masyarakat Belitung untuk menikmati kehidupan mereka, juga untuk bersosialisasi dengan orang lain. Bahkan dari cara menyeduh dan memegang gelas kopi secara jenaka, Andrea mampu mengidentifikasi status sosial dan pekerjaannya. Lewat minum di warung kopi berbagai persoalan hidup baik, soal remeh keluarga sampai persoalan negara menemukan solusinya.
            Lewat warung kopi seorang warga negara leluasa untuk mengkritik kepala pemerintahan sampai presiden. Sebab, dalam segelas kopi pula mereka yang tengah merencanakan strategi dan melakukan persekongkolan mematangkan rencananya pengarang.
Novel Cinta di Dalam Gelas adalah karya Andrea Hirata adalah nama lain dari Aqil Barraq Badruddin, lahir di Belitung 24 Oktober 1982. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia.
Karya-karya dari Andrea Hirata, antara lain tetralogi novel, yang meliputi : Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edenson, Maryamah Karpov. Selain Tetralogi Laskar Pelangi. Andrea juga menghasilkan karya lain, yaitu Padang Bulan dan  Cinta di Dalam Gelas yang terbit tahun 2010.

Dengan demikian, ada dua alasan peneliti mengkaji novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea tentang diskriminasi gender antara lain:
1.      Masalah dimensi gender dalam karya sastra pada umumnya dan dalam novel Cinta di Dalam Gelas pada khususnya merupakan fenomena menarik dalam memberikan deskripsi dalam wacana diskriminasi gender dan sastra.
2.      novel Cinta di Dalam Gelas, layak dikaji dari aspek melawan  diskriminasi gender  karena isi novelnya lebih dominan tentang perjalanan seorang perempuan yang berusaha memperjuangkan harga dirinya dari penindasan kaum laki-laki.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian pada novel Cinta di Dalam Gelas, dengan judul “perlawanan terhadap  Diskriminasi Gender oleh seorang  Perempuan Dalam Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata”.


B.     PERMASALAHAN
1.      BATASAN MASALAH 
Agar penelitian yang peneliti lakukan tidak menimbulkan ketimpangan dalam dalam hal yang akan diteliti sehingga penelitian ini bisa terarah maka disini peneliti perlu memberikan suatu batasan masalah dalam tulisan yang dibuat Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji dengan kajian perlawanan diskriminasi gender oleh  perempuan, yang berisi tentang harga diri seorang perempuan akibat suatu penindasan oleh kaum laki–laki.

2.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah, maka pokok masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.
a.       Bagaimanakah bentuk diskriminasi gender dalam hal di bidang pendidikan ekonomi dan budaya dalam novel Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata?
b.       Bagaimana bentuk perlawanan diskriminasi gender  oleh perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata?

C.    TUJUAN PENELITIAN
Dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan maka  dapat ditarik dua hal untuk dijadikan tujuan penelitian , yaitu:
a.       Mendeskripsikan bentuk diskriminasi gender terhadap perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.
b.      Mendeskripsikan bentuk perlawan terhadap diskriminasi gender  oleh seorang perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.


D.    MANFAAT PENELITIAN
                      Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pembaca khususnya pembaca di bidang sastra, berupa pemahaman mengenai isi yang terdapat dalam novel Cinta di Dalam Gelas dan karya sastra yang lain, khususnya novel yang memaparkan tentang fenomena perlawanan terhadap diskriminasi gender oleh perempuan  .



BAB II
LANDASAN TEORI

A.                     HAKIKAT NOVEL
Kata Novel berasal dari bahasa Latin novellus yang diturunkan pula dari kata
novies yang berarti “Baru”. Dalam bahasa Eropa disebut roman yang berasal dari kata
romance. Di Inggris novel dikatakan novella yang berarti sesuatu yang baru yang
kecil, yang menjadi cerita pendek dalam bentuk prosa. Sekarang istilah novella sering
disamakan dengan novelette, yaitu suatu fiksi prosa yang panjangnya menengah
(Abrams dalam Tuloli 1981:119).
Ian Watt (dalam Tuloli, 2000:17) berpendapat bahwa novel adalah suatu
ragam sastra yang memberikan gambaran pengalaman manusia, kebudayaan manusia,
yang disusun berdasarkan peristiwa, tingkah laku tokoh, waktu dan plot, suasana dan
latar. Sekarang novel dianggap sebagai suatu ragam sastra yang panjang dan
kompleks yang unsur-unsur utamanya adalah plot, perwatakan, latar, dan sudut
pandang.
 Husain (dalam Tuloli, 2000: 17) berpendapat ada 3 ciri utama novel : (1)
susunan peristiwa dalam novel berkaitan erat satu sama lain, (2) watak manusia
ditonjolkan dalam tingkah laku dan perbuatannya, (3) pengalaman manusia dilihat
dari konteks psikologi dan latarnya.

B. EKSISTENSI PEREMPUAN
Perempuan dan laki-laki setara di hadapan Tuhan. Berdasarkan identitas
gender, setiap manusia, perempuan maupun laki-laki, mempunyai potensi sifat
keperempuanan dan kelaki-lakian. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Carl
Jung (dalam Nurhayati, 2012: 33) bahwa keberadaan perempuan yang dilihat dari
aspek keperempuanan (feminity) dan kelaki-lakian (masculinity). Kedua sifat tersebut
dapat dikembangkan oleh individu dengan stimulasi tertentu.
Dengan identitas ini,tidak harus terkejut manakala banyak perempuan yang memiliki sifat selama ini dianggap sebagai sifat laki-laki, juga sebaliknya. Keperempuanan perempuan, atau kelaki-lakian laki-laki berdasarkan peran gender hendaknya tidak diperdebatkan, oleh
karena itu, polarisasi tugas dan peran yang dikotomis yang membedakan sangat ekstrim untuk perempuan atau laki-laki, akan melahirkan penyakit psikologis bagi
keduanya. Menurut Jung, perempuan atau laki-laki yang mengembangkan kedua sifat
tersebut lebih sehat secara psikologis.



C. MARGINALISASI PEREMPUAN
Kata marginal berarti berkenaan dengan batas tepi. Marginalisasi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:436) adalah pembatasan, usaha membatasi.
Marginalisasi perempuan berarti pembatasan hak seorang perempuan dalam mendapatkan kehidupan yang layak untuk dirinya sendiri dan orang lain.


D, DISKRIMINASI

Diskriminasi adalah suatu bentuk sikap atau perilaku yang melanggar hak asasi manusia (Ihromi, 2000:7).
Diskriminasi secara leksikal adalah perlakuan terhadap orang atau kelompok yang didasarkan pada golongan atau kategori tertentu. Sementara itu dalam pengertian lain diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur, atau karakteritik yang lain. Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda. (Cak Fu, 2006:1). 
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat 3 (Eddyono, 2011:3).
Dalam hal ini, bahwa diskriminasi merupakan suatu perilaku yang merugikan jenis kelamin yang lain (gender) yang secara langsung atau tidak langsung mempunyai dampak bagi korban yang mngakibatkan kerusakan atau penderitaan fisik, mental atau seksual serta segala  bentuk ancaman yang memungkinkan mempunyai hubungan timbal balik antara pelaku dan korban diskriminasi.
Diskriminasi terhadap perempuan adalah melanggar hak asasi perempuan, sehingga pemberdayaan perempuan diperlukan agar perempuan dapat memperjuangkan hak –haknya yang dilanggar (Ihromi, 2000:7).
Rekomendasi No.19, sidang ke 11 Komite, 1992, tentang kekerasan terhadap wanita pasal 1 yang terdapat pada undang-undang menyatakan bahwa diskriminasi meliputi kekerasan berdasarkan jenis kelamin yaitu kekerasan yang ditunjukkan kepada wanita, karena ia adalah seorang wanita atau mempunyai pengaruh secara tidak sepadan pada wanita (Ihromi, 2000:54).

E.      Bentuk-Bentuk Diskriminasi
          1.  Diskriminasi Gender
                             Gender adalah penyifatan laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksisosio-kultural. Namun, karena adanya anggapan yang salah kaprah, gender sering dianggap sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat berubah (Sugihastuti, 2002:33).
Diskriminasi gender adalah perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis berupa jenis kelamin merupakan kodrat Tuhan. Sedangkan gender terbentuk karena proses sosial dan budaya. Perbedaan peran gender yang selama ini berlangsung bukan disebabkan oleh adanya perbedaan nature antara pria dan wanita melainkan adanya budaya atau tradisi dan sesuatu yang nature tidak dapat berubah.
Sedangkan menurut Fakih Mansour (1996:12) diskriminasi gender adalah sebuah ketidakadilan dengan pembedaan sikap dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan jenis kelamin.

2Diskriminasi Ras dan Etnis
Setiap warga negara berhak mendapat perlakuan sama untuk mendapatkan hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya (RUU, 2008:4).

3.  Diskriminasi Agama dan Kepercayaan
Manusia diciptakan sama dan setara. Kodrat asasinya adalah kebebasan menentukan diri dan membuat pilihan-pilihan sesuai dengan martabatnya. Namun kenyataannya, manusia sendiri menjatuhkan dirinya dalam pengkotak-kotakkan ras, etnis, agama, kepercayaan, budaya, dan aliran ideologinya akibat kerakusan dan kepongahannya (Anisa, 2008:1).
Manifestasi ketidakadilan tersebut, juga terjadi dalam adat istiadat istiadat masyarakat di banyak kelompok etnik dalam kultur suku-suku atau dalam tafsiran keagamaan (Fakih, 1996:23). Salah satunya yakni kebanyakan mitos yang muncul di masyarakat akan menguntungkan kaum laki-laki meminggirkan kaum perempuan. Selain hukum hegemoni patriaki di atas kesinambungan gender juga disebabkan karena sistem kapitalis yang berlaku yaitu siapa yang mempunyai modal besar itulah yang menang. Hal ini mengakibatkan laki-laki dilambangkan lebih kuat daripada perempuan.
Manifestasi keadilan gender terisolasi pada kaum laki-laki dan perempuan secara mantap, yang mengakibatkan ketidakadilan tersebut merupakan kebiasaan yang akhirnya dipercaya bahwa peran gender itu seolah-olah merupakan kodrat dan akhirnya diterima masyarakat secara umum.

4.   Diskriminasi Suku Bangsa
              Terjadinya pengkotak-kotakan dalam hubungan sosial dan kuatnya penanaman rasa berbeda diantara kita telah melahirkan batasan dalam hubungan sosial yang sehat. Kita hampir selalu menyimpan prasangka terhadap sesama saudara bangsa kita. Padahal kita semua pada saat yang bersamaan mendambakan persaudaraan yang tulus dalam membangun Indonesia Raya.
Dari uraian bentuk-bentuk diskriminasi tersebut, sesuai dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti menetapkan dan menggunakan diskriminasi gender yang menjadi suatu acuan dalam penelitian. Diskriminasi gender sendiri merupakan suatu bentuk penyimpangan yang mengesampingkan berbagai kepentingan seperti hak-hak asasi manuasi, sosial atau pekerjaan, seksual atau mental yang secara langsung merugikan seseorang.
                             Sehingga dalam penerapannya pada sebuah novel yang menjadi objek penelitian, maka diharapkan apa yang menjadi sebuah permasalahan sesuai dengan diskriminasi gender yang menjadi acuan dalam penelitian bisa maksimal dalam pengkajiannya.











BAB III
PEMBAHASAN DAN METODE PENELITIAN


A.    PEMBAHASAN
a.      Bagaimanakah bentuk diskriminasi gender dalam hal di bidang pendidikan ekonomi dan budaya dalam novel Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata?

“kampung kami adalah kampung lelaki. Tradisi kami amat patriarkat. Tak  pernah sebelumnya ada perempuan main catur, apalagi bertanding melawan lelaki . perempuan dalam kaitannyadengan catur, hanyamenghidangkan kopi saat suami main catur  bersama kawan-kawanny, lalu tak bisa tidur karena mereka tertawa terbahak-bahak mengejek yang kalah .Akhirnya ,  dengan kepala pening ditengah malam, membereskan meja yang berantakan. Begitu saja. Perempuan tak berurusan dengan sekak stir.  Tahu-tahu maryamah muncul ingin menantang pria-pria itu.
                        Tak perlu jauh-jauh aku melihat penentangan masyarakat akan rencana Maryamah, melihat sikap pamanku sendiri, aku berkecil hati.”(CINTA DI DALAM GELAS : 84-85)

dari petikan isi novel tersebut jelas tergambar bentuk diskriminasi terhadap gender dimana perempuan berada pada level bawah dari laki-laki. Bahkan ketika ada seorang perempuan mencoba untuk melakukan pergerakan  serta mengerjakan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh laki-laki bahkan belum pernah satu perempuan pun yang pernah melakukannya seperti bermain catur, hal ini menimbulkan kontroversi bagi kaum adam di daerah tersebut.
Selain itu dapat juga kita lihat pada petikan isi novel cinta di dalam gelas yang pemaparannya   seperti diskriminasi gender. Yaitu :
“lihatlah perbuatan kalian! Tak pernah perempuan dikampung ini berani macam-macam sebelumnya.kalian telah menghasut mereka!”(CINTA DI DALAM GELAS:103)

Sehingga tampak  jelas orang-orang atau masyarakat (laki-laki) memberikan penolakan keras terhadap keinginan Maryamah. Mereka berfikir mana mungkin seorang perempuan mampu berfikir dan berkeinginan untuk bermain catur jika tidak karena ada hasutan dari orang-orang sekitarnya. Tapi kenyataannya yang terjadi pemikiran dan ide tersebut benar-benar berasal dari dirinya sendiri tanpa ada yang mempengaruhi. Hal itu terjadi karena seorang Maryamah bukanlah seorang wanita yang hidup selayaknya wanita tapi dia memiliki rintangan dan kekbalan terhadap apapun yang menjadi keputusannya bahkan permasalahan hidup yang ia terima sejak umur 14 tahun.
Maka dapat dikatakan bahwa orang-orang tersebut salah jika memandang maryamah  sebelah mata . harus ditinjau dulu sosok kepribadiannya.
b.      Bagaimana bentuk perlawanan diskriminasi gender  oleh perempuan dalam novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata?
Ketika seorang perempuan hidup dalam masyarakat yang mengedepankan tentang gender yang mana laki-laki lebih daripada perempuan. Hal ini akan menimbulkan suatu permasalahan dalam kehidupan seorang perempuan sehingga muncullah pergolakkan untuk melawan masalah diskriminasi ini. Hal ini dapat  dilihat pada petikan isi novel yaitu :
“kalau aku susah ,” katanya dengan sorot mata yang lucu , “cukuplah kutangisi semalam. Semalam suntuk. Esoknya, aku tak mau lagi menangis. Aku bangun dan tegak kembali!”(CINTA DI DALAM GELAS :45)
Makna yang dapat diambil yaitu : ketika ada masalah cukup dengan sedikit waktu untuk mentangisi semua itu selanjutkan hadapi masalah dan dan temukan penyelesaiannya. Jangan jadi pribadi yang pengecut.

            “Maryamah menunjukkan wajah serius. Aku tahu, pendirian perempuan itu sangat teguh. Ia takkan mundur begitu saja .”(CINTA DI DALAM GELAS : 47)
            Pada penggalan tersebut jelas menampakkan karakter seorang perempuan yang teguh pada pendirian. Ia ingin melawan yang namanya diskriminas gender agar kesetaraan itu ada sehingga perempua tidak diremehkan lagi namun perempuan tidak lupa dengan kodratnya sebagai seorang perempuan.

“ aku mau belajar main catur. Aku mau bertanding 17 agustus nanti. Aku mau menantang matarom.”
“ya, aku mau melawan mereka .” katanya lagi sambil menunjuk pria-pria yang terbahak-bahak mengelilingi papan catur it. Ia mengucapkannya dengan ringan, seolah mengatakan ingin memompa ban sepedanya yang kempes, sementara kami macam disambar petir.”
“pasti bisa, menambang timah saja dia bisa,”selamot membela maryamah.
(CINTA DI DALAM GELAS : 46-47)
Penggalan di atas bermakna apa pun akan dilakukan Maryamah untuk mengalahkan Matarom yang pernah menjadi suaminya. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas rasa sakit hati dan penderitaan yang amat perih atas kelakuan Matarom.

“kami tak pernah menghasut siapapun. Itu kemauan mereka sendiri! Mengapa perempuan tak boleh ikut bertanding ?  mana ada undang-undangnya bisa begitu. Jangankan catur, di  Jakarta sekarang ada perempuan yang mau jadi presiden!”(CINTA DI DALAM GELAS : 103)
            Potongan kalimat tersebut dapat di pahami bahwa saat ini perempuan sudah hampir sama kedudukannya dalam masyarakat tapi kampung ini masih saja menilai bahwa norma-norma adat harus lebih menjadi  idenpendent dalam kehidupan. Karena itulah timbul suatu perlawanan
B.     METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah bagaimana cara atau strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah dalam penelitian, Adi (2011:224). Adapun metode yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan metode deskriptif. Dengan metode ini, Peneliti akan mendeskripsikan data untuk menemukan unsur-unsurnya, mengidentifikasi karakteristik khusus dalam sebuah teks, khususnya novel.
 Studi untuk menyusun penelitian ini berupa pencarian referensi dari beberapa buku yang dapat dijadikan  acuan untuk menggali informasi yang aktual dan tetap berpegang pada prinsip representatif. Selain berbagai buku –buku yang berkaitan dengan judul penelitian, peneliti juga menggunakan media maya (internet) untuk mencari data yang relevan  dengan judul penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data diawali dari membaca novel Cinta di dalam  Gelas secara berulang-berulang dengan tujuan memperoleh gambaran jelas tentang isi novel tersebut, mengidentifikasi isi novel yang terdapat dalam novel Cinta di dalam Gelas yang dibaca, membaca kutipan yang menggambarkan atau mengandung perlawanan terhadap diskriminasi gender  yang terdapat dalam novel yang telah ditelaah berdasarkan pendekatan feminis, serta menyimpulkan data yang diidentifikasi dan menjelaskan data tersebut pada tahap selanjutnya.
Setelah data terkumpul,selanjutnya data tersebut dianalisis dengan pendekatan feminis. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan mengklasifikasi bentuk perlawanan terhadap diskriminasi gender  dalam hal persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di bidang pendidikan, ekonomi, dan budaya serta bentuk diskriminasi gender  dalam novel Cinta di dalam Gelas karya Andrea Hirata


C.    INSTRUMENT PENELITIAN
Instrumen penelitian yaitu alat bantu yang digunakan ketika penelitian dengan menggunakan suatu metode. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa instrumen utama dan instrumen pendukung.
1. Instrumen Utama
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri selaku instrumen utama. Dalam hal ini peneliti sebagai pembaca aktif dan mendata kata-kata, atau kalimat-kalimat yang terdapat dalam novel Cinta di Dalam Gelas.

2. Instrumen Pendukung
Novel Cinta di Dalam Gelas karya Andrea Hirata merupakan instrument pendukung dalam penelitian. Dari Novel Cinta di Dalam Gelas peneliti menganalisis, mendefinisikan serta menguraikan isi novel sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti menggunakan tabel pengelompokan kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan data Penghapusan Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan dalam Novel Cinta di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata.
















BAB IV
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Perempuan adalah permata kehidupan. Dalam setiap lekuk hidupnya, Tuhan menganugerahkan permata yang indah dan menawan. Jiwa perempuan menjadi cawan autobiografi kehidupan anak-anaknya. Inilah yang akan menjadi suatu kebanggaan bagi perempuan. Dalam diri perempuan terdapat berbagai potensi yang patut untuk digali dan diberdayakan bukan dibiarkan begitu saja bahkan menganggapnya seperti tidak penting. Potensi dalam diri perempuan akan merubah
peradaban manusia.
            Bentuk diskriminasi yang terjadi justru menjadi seorang wanita di pulau kecil bergejolak untuk melawan diskriminasi sehingga tercipta suatu kesetaraan gender. Karena perempuan dan laki-laki bagaikan satu paket yang saling melengkapi dan saling membutuhkan. Tak ada istilah strata atau tingkatan sosial antara laki-laki dan perempuan. Semua sama. Seorang Maryamah binti Zamzami yang telah banyak memakan asam garam kehidupan mampu membuktikan bahwa perempuan juga memiliki potensi yang sama terhadap hal yang mereka katakan pekerjaan atau kegiatan yang hanya  dikerjakan oleh laki-laki.
            seorang maryamah berjuang keras untuk hal tersebut tanpa menghiraukan cemoohan atau pun kelicikan dari orang-orang yang tak suka akan dirinya untuk berdikari. Disini ia tak bekerja sendiri , masih ada beberapa temannya yang menjadi pahlawannya dalam menghadapi kesulitan tersebut ketika melawan diskriminasi gender.

B.     SARAN
Dalam penulisan atau pemaparan mengenai masalah diskriminasi gender dan bentuk perlawanan seorang perempuan terhadap hal tersebut. Peneliti masih banyak kekurangannya sehingga dibutuh saran yang membangun untuk kemantapan dari tulisan yang peneliti buat kepada para pembaca yang menyediakan waktunya untuk menelaah tulisan peneliti ini.





DAFTAR PUSTAKA
Hirata, Andrea. 2011. Cinta di Dalam Gelas. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Cak Fu. 2006. Berbagai Gagasan Untuk Membangun Kesetaraan. (Online). http://cakfu.info/2006/09/diskriminasi-perasaan-atau-realitas/

Fakih, Mansour. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ihromi, Tapi Omas Dkk. 2000. Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan. Bandung :  PT Alumni

Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sugihastuti. 2002. Krtitik Sastra Feminis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.